Banjir Dimana-Mana Termasuk Jakarta & Manado! Salah Siapa?
Indonesia saat ini sedang
dilanda mendung (mendung air mata maupun mendung dari langit) hampir
setiap daerah diguyur hujan yang tidak henti-hentinya sampai
mengakibatkan banjir didaerah-daerah termasuk Ibu Kota Negara kita yaitu
Indonesia. banjir memang sekarang terjadi dimana-mana lalu siapa yang
akan kita salahkan? pemerintahkah, tuhankan karena sudah menurunkan
hujan? atau masyarakatnya sendiri yang tidak sadar-sadar dengan cara
membuang sampah dimana-mana?
Berikut List daftar Daerah yang Banjir
Banjir Jakarta-Berita ini saya dapatkan dari kompas yang berjudul Banjir Jakarta akibat Kesalahan Tata Ruang Bertahun-tahun
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengatakan bahwa penyebab utama
terjadinya banjir di Jakarta adalah kesalahan tata ruang Ibu Kota.
Kondisi ini bisa ditanggulangi dengan memperbaiki tata ruang sesuai
kondisi alam Jakarta.
Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta itu mengatakan, kondisi
alam Jakarta menghendaki agar Jakarta memiliki dua area, yakni ruang
hijau untuk resapan air di
daerah selatan dan ruang biru untuk menampung air di kawasan utara
Jakarta. Namun, kondisi itu kini telah rusak akibat banyaknya bangunan
di hampir seluruh wilayah Ibu Kota. Menurut Jan, perlu ada rekayasa tata
ruang agar kota ini kembali pada kondisi ideal tersebut.
"Inti dari bencana banjir di Jakarta adalah pada pengelolaan kepadatan
tata ruang," kata Jan Sopaheluwakan, peneliti senior dari Pusat
Penelitian Geoteknologi LIPI, melalui siaran pers yang diterima
Kompas.com, Rabu (21/1/2014).
Selain masalah tata ruang, kata Jan, ada hal lain yang tidak disadari
warga Jakarta sebagai faktor penyebab banjir, yakni penurunan tanah.
Penurunan tanah yang lambat ini terjadi akibat penyedotan air tanah.
Kondisi itu memicu terjadinya pendangkalan sungai di wilayah tengah
Jakarta. Sementara itu, daerah selatan dan utara memiliki permukaan
tanah lebih tinggi.
"Penurunan ini membuat sungai-sungainya dangkal sehingga endapan kasar
di tengah dan berpengaruh pada drainase kita yang kecil dan dipenuhi
sampah," kata Jan.
Untuk mengendalikan banjir itu, peneliti Limnologi LIPI Fakhrudin
memandang perlunya penerapan konsep zero run-off pada area terbangun.
Skema penyerapan air ini dapat dilakukan dengan membuat sumur resapan
dan penampungan air seperti kolam maupun danau buatan.
"Intinya adalah bagaimana air di daerah terbangun seperti perumahan dan
perkantoran bisa tertahan sebelum dilimpahkan ke selokan dan sungai,"
kata Fakhrudin. Ia mendorong agar daerah selatan Jakarta menjadi kawasan
penyerapan air dan kawasan utara menjadi tempat penampungan air.
Pengamat tata kota, Edward Sihombing, juga menilai bahwa banjir yang
mengancam Jakarta setiap tahun terjadi akibat kesalahan penataan ruang
dan bangunan selama bertahun-tahun. Ia mengatakan, meskipun berat,
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo harus membenahi tata ruang kota agar
memudahkan penanganan banjir pada masa mendatang.
"Ya, kesalahan masa lalu. Akar persoalannya pelanggaran tata ruang dan
tata bangunan yang menyebabkan banjir Jakarta,” kata Edward Sihombing
sebagaimana dikutip Warta Kota, Rabu.
Edward menilai bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sudah menunjukkan
upaya serius untuk melakukan perbaikan tata ruang. Ia mengusulkan agar
Jokowi melakukan moratorium dan audit izin bangunan di atas 2 lantai
yang dikeluarkan oleh pemerintah sebelumnya. Kalau tidak, kata Edward,
tata ruang Jakarta hanya jadi bancakan pejabat dinas tata kota dan
pengusaha sehingga masalah Jakarta semakin kompleks bukan banjir.
Banjir Manado-Untuk berita yang satu ini saya dapatkan dari tempo yang berjudul Banjir Manado, Kerugian mencapai Rp 500 Miliar
Sebanyak 565 rumah di Kota Manado hilang karena hanyut terbawa arus
banjir bandang yang terjadi di Kota Manado, Sulawesi Utara, Rabu 15
Januari 2014 pekan lalu.
Terbanyak berada di Kecamatan Wanea sebanyak 276 rumah, Kecamatan
Singkiil 143 rumah, Kecamatan Paal II 88 rumah, Kecamatan Tikala 77
rumah, Kecamatan Sario 23 rumah dan Kecamatan Mapanget 2 rumah. Dari 565
rumah yang hanyut tersebut, semuanya berada di bantaran sungai
Selain 565 rumah yang hanyut, terdapat 3.609 rumah yang rusak berat,
terdapat 1.966 rumah yang rusak dengan skala sedang alias hanya
perabotan dalam rumah yang hancur dan 4.789 rumah rusak ringan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Manado, Maximilian
Tatahede, kepada Tempo mengatakan jika data jumlah rumah yang hilang di
Kota Manado belum komplet dan masih bisa bertambah lagi.
"Ada beberapa wilayah yang masih belum melaporkan total kerugian. Tapi
mudah-mudahan tidak ada yang akan bertambah lagi," kata Tatahede.
Tatahede sendiri menjelaskan untuk kerusakan secara keseluruhan di Kota
Manado, termasuk 5 unit jembatan yang rusak, total kerugiannya telah
mencapai hampir Rp 500 miliar dan kemungkinan akan bertambah.
"Ini masih prediksi awal kerugiannya itu Rp 500 miliar dan kemungkinan
akan bertambah karena kita belum hitung semuanya," kata Tatahede
kembali.
Sekadar diinformasikan, akibat bencana banjir bandang di Kota Manado,
ratusan ribu penduduk masih berada di kamp-kamp pengungsian. Sementara
untuk korban meninggal dunia mencapai 6 orang.
Lalu salah siapa? saya tidak menyalahkan Pemerintah, akan tetapi saya
menyalahkan Masyarakatnya yang tidak mempunyai rasa kesadaran seperti
membuang sampah sembarangan, jadi jika banjir terjadi saling salah
menyalahkan saja antara Masyarakatan satu dengan Masyarakat yang
lainnya.
TerimaKasih: BlogLazir
0 comments:
Post a Comment